Lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim adalah perguruan tinggi Islam swasta milik masyarakat Bekasi. Ia terlahir di tengah-tengah masyarakat berkat perjuangan segelintir aktivis Muslim Cikarang yang tergerak melihat percepatan pembangunan infrastruktur fisik di Kabupaten Bekasi, namun kurang memberikan perhatian terhadap peningkatan sumber daya manusia yang berada di dalamnya.
Tepatnya akhir tahun 2000, semangat untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan sumber daya manusia tak terbendung lagi. Gerakan wacana penyadaran masyarakat melalui “kelompok kajian” (small group discussion) mengalami perubahan menuju pada gerakan aksi. Karena itu, dimotori oleh Drs. Amal Basyari, Drs. Darip Priana, M.Pd.I., H. Shobirin, S.Ag., M.Si., Drs. Karyoto, M.Pd.I., dkk, perubahan gerakan diwujudkan melalui pembuatan yayasan.
Pada akhirnya, dengan berdasarkan Akte Notaris Khaerul Aswin, SH. Nomor 4 tanggal 27 November 2000, di bawah pimpinan Drs. H. Abdul Hayy, MM. dan berkedudukan di Kabupaten Bekasi, lahir sebuah yayasan yang bernama Yayasan Haji Agus Salim, dengan Ketua Dewan Pembina Drs. H. Martaya dan Pengawas Drs. H. Mahmud, M.Si.
Yayasan Haji Agus Salim
Yayasan Haji Agus Salim merupakan lembaga formal pertama yang dibangun untuk memfasilitasi pergerakan aktivis Muslim Cikarang. Hal ini dimungkinkan karena melalui lembaga formal ini, visi dan misi membangun sumber daya manusia bisa diejawentahkan dalam beberapa program kerja di masa yang akan datang. Untuk itu, saat ini Yayasan Haji Agus Salim memiliki tiga garapan yang terus-menerus akan diperjuangkan, yakni pendidikan, kajian sosial-kemasyarakatan dan kegiatan keagamaan.
Penamaan Haji Agus Salim didasarkan pada sejumlah landasan nilai yang perlu diteladani oleh generasi yang akan datang. Pertama, filosofi seorang tokoh pahlawan perjuangan bangsa Indonesia yang piawai dalam berbagai bidang. Kedua, seorang intelektual besar yang menelurkan sejumlah pemikiran untuk menjadi pedoman sekaligus bukti otentik serta warisan bagi generasi berikutnya dalam menata masyarakat, bangsa dan agama. Ketiga, seorang negarawan dan diplomat ulung yang pernah dimiliki bangsa ini dengan wawasan global dan plural.
Komitmen Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim
Untuk merealisasikan semangat perubahan aktivis Muslim Cikarang yang terlembaga dalam Yayasan Haji Agus Salim, maka pada tanggal 25 April 2001 berdiri Sebuah Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTAIS) yang bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim. Adapun landasan hukumnya adalah Surat Keputusan Pengurus Yayasan Haji Agus Salim Nomor: 11/Yahas/IV/2001 tanggal 15 April 2001. Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim dilandasi oleh kewajiban dan tanggung jawab sebagai Muslim dan warga negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga terwujud manusia paripurna (insan kamil). Hal ini merupakan manifestasi amanat konstitusi dan program pembangunan nasional, khususnya bidang pendidikan agama.
Haji Agus Salim itu sendiri mempunyai makna kesejarahan tokoh nasional, yaitu Haji Agus Salim.
Sekilas Sejarah Haji Agus Salim
HAJI AGUS SALIM (lahir dengan memiliki nama Mashudul Haq (yang bermakna “pembela kebenaran”); dilahirkan di Koto Gadang, Bukittinggi, Minangkabau, 8 Oktober 1884 dan wafat Jakarta, 4 November 1954) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. HAJI AGUS SALIM lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, HAJI AGUS SALIM yang memiliki kemampuan 8 bahasa, bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, HAJI AGUS SALIM Berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah HAJI AGUS SALIM berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya. HAJI AGUS SALIM kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Surat Kabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu HAJI AGUS SALIM terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam. Pada tahun 1915, HAJI AGUS SALIM bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di Sarekat Islam (SI) setelah H.O.S. Tjokroaminoto.
Peran HAJI AGUS SALIM pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
* Anggota Volksraad (1921-1924)
* Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947
* pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949
Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari “Orang Tua Besar” (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada Kabinet Presidensil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri RI. Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun HAJI AGUS SALIM masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik. Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 ia mengarang buku dengan judul: Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan? yang lalu diperbaiki menjadi Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal. Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. (Disarikan Oleh: Dedi Sudiana.)
“Yayasan Haji Agus Salim.”. Yayasan ini bekerja menyusun segala persiapan yang dibutuhkan untuk mendirikan lembaga pendidikan keagamaan dalam bentuk Sekolah Tinggi. Sekolah Tinggi yang akan didirikan tersebut diberi nama Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim (STAIHAS) Cikarang. Tahun 2008 STAIHAS Cikarang mendapat akreditasi yang di keluarkan oleh BAN-PT untuk Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) berdasarkan Surat Keputusan BAN-PT No. 025/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008; dan untuk Prodi Hukum Eknomi Syari’ah (HES) berdasarkan Surat Keputusan BAN-PT No. 034/BAN-PT/Ak- XV/S1/X/20011.
Please follow and like us: