Oleh Atang Sholihin
Untuk membangun dan mengembangkan tentu harus memilik dasar/ pondasi yang kuat agar dapat menopang keberlangsungan banguna yang akan ditempati. Demikian pula dengan Bisnis, usaha yang kita jalani hendaknya meniliki pondasi yang kokoh agar dalam pengembangannya tidak ambruk.
Ada pilar-pilar yang menjadi pondasi usaha tersebut adalah : Aqidah / keyakinan, Akhlak / karakter, Ilmu Penegtahuan . Dari ketiga pilar tersebut harus berdiri dan kokoh semuanya,
keyakinan kepada Tuhan Allah SWT menjadi pondasi yang pertama dan utama sementara Aqidah menjadi menjaga keberlangsungan komunikasi dengan sesama makhluk dan ilmu senter penerang dalam proses perjalan.
Aqidah merupakan suatu keyakinan yang pasti tanpa adanya sedikit keraguan sedikit pun kepada dasar-dasar ajaran islam yang diberikan oleh ayat-ayat alquran dan hadist nabi. Serta suatu pengetahuan dalam memahami perkara-perkara yang berkaitan keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya. Aqidah dapat disimpulkan suatu keyakinan seyakin yakin nya dan mengikuti segala ajaran yang telah di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW Sebagai suri tauladan baik melalui Akhlak. dan aqidah islam beristilah keyakinan teguh yg tidak tercampur keraguan dengan sesuatu apapun. dan tujuan memperlajari aqidah antara lain Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. (Aqidah adalah: Pengertian, Tujuan, Macam, Ruang Lingkup, Prinsip (pakdosen.co.id) 21/08/2021)
Aqidah yang kuat terhujam dalam hati serta menjadi kepribadian yang taat pada sang pencipta, sebagain pengusaha tentu harus menanawkan keyakinan sehingga tidak salah selangkah dalam menjalankan bisnis. Membangun dan mengembangkan usaha. penting sekali memiliki keyakinan bahwa
Allah maha kaya dan pemurah, yang memberikan rezeki kepada semua mahluk
Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah yang Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha terpuji. [Fâthir/35:15]
Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan [an-Najm/53:48]
Allah SWT Maha kaya dengan dzat-Nya, yang memiliki kekayaan yang mutlak dan sempurna dari seluruh sisi dan pandangan lantaran kesempurnaan dzat-Nya dan sifat-Nya yang tidak tersentuh oleh kekurangan dari arah manapun. Ini tidak mungkin terjadi kecuali karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang Maha kaya dan lantaran sifat kaya (berkecukupan) sudah lazim pada dzat-Nya. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla Maha pencipta,Pemberi rezeki, dan Maha pengasih serta yang melimpahkan kebaikan, maka Allah Azza wa Jalla juga Maha kaya, tidak membutuhkan seluruh makhluk dari sisi manapun. Para makhluk-Nya itu pasti membutuhkan-Nya dalam kondisi apapun. Mereka tidak bisa mengesampingkan curahan kebaikan, kemurahan, pengaturan dan pemeliharaan-Nya, baik yang bersifat umum maupun khusus dalam sekejap mata sekalipun.
Di antara wujud kesempurnaan kekayaan-Nya; 1. Sesungguhnya perbendaharaan langit dan bumi seluruhnya ada di tangan-Nya, dan kedermawanan-Nya kepada para makhluk datang secara kontinyu sepanjang malam dan siang, dan kedua tangan-Nya selalu memberi di setiap waktu. 2. Allah Azza wa Jalla menyeru para hamba-Nya agar hanya meminta kepada-Nya di setiap waktu dan keadaan; dan berjanji untuk mengabulkan permintaan-permintaan mereka, serta memerintahkan mereka beribadah kepada-Nya dan berjanji menerima amalan dan memberi pahala mereka. Sungguh Allah Azza wa Jalla telah member seluruh yang mereka minta dan semua yang mereka inginkan serta apa yang mereka angan-angankan.(https://almanhaj.or.id/2811-al-ghaniyyu-allah-maha-kaya.html 10/1/2022, 15;10)
Keyakinan bahwa Allah yang maha kaya dan akan memberirikan kecukupan kepada kita harus dimilik oleh pengusaha, tidak perlu ada kekhawatiran dan keraguan agar dalam menjalankan usaha tentu tidak melupakan Dzat yang memberikan Rizki itu kaya.
Allah tidak akan mengubah keadaan kita, jika tidak kita mau berubah
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat di atas, sering dipotong pada bagian, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Penggalan ayat di atas kerap dimaknai sebagai suatu motovasi bahwa kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk meraih apa yang diinginkan. Misalnya, ketika kita bercita-cita memiliki mobil, maka kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang yang cukup agar bisa membeli mobil tersebut, tentu dengan cara yang halal.
Dalam tafsir Fidzilalil Qur’an, Said Quthb menjelaskan bahwa Allah selalu mengikuti manusia dengan memerintahkan malaikat penjaga untuk mengawasi apa saja yang dilakukan manusia ketika mereka berusaha mengubah diri dan keadaannya. (https://akurat.co/kandungan-penggalan-ayat-allah-tidak-akan-mengubah-nasib-suatu-kaum-kecuali-mereka-sendiri-yang-mengubahnya 10/1/2022, 15;19)
berusaha (bertebaran di muka bumi) untuk mencari karunia Allah
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu’ah: 10)
Bertebaran yang dimaksud adalah berusaha bekerja beraktivitas, tidak berpangku tangan menunggu rezeki datang bagai hujan turun dari langit. Walau tentu Allah sudah menjamin rezeki setiap makhlukNya bahkan seekor burung yang pulang pergi untuk mencari makan apalagi kita sebagai umat manusia yang diciptakan paling sempurna di antara makhluk Allah SWT yang lainnya. sedangkan burung merupakan hewan yang tidak memiliki akal serta hewan lemah yang tentu saja kalah pintar dari manusia akan tetapi setiap hari mereka selalu bisa makan bahkan menyempatkan untuk membawa makanannya untuk diberikan kepada anak anaknya di sarang, tetap harus ada ikhtiar yang menjadi sebabnya turun rezeki tersebut.
Kuncinya adalah berusaha, di mana ada usaha pasti ada jalannya. Nah itulah arti yang sesungguhnya dari kata tawakal dalam Islam.
Rasulullah SAW telah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh atTirmidzi “apabila kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan rezekiNya kepada kalian sebagaimana seekor burung yang pergi dari sarangnya dalam keadaan lapar dan kembali pulang dengan keadaan perut untuk yang kenyang”.( https://blog.evermos.com/motivasi-kerja-dalam-islam-dan-menjemput-rezeki/ 10/1/2022, 16;10)
Demikikanlah yang dilakukan oleh ‘Irak bin Malik radhiyallohu ‘anhu. Ketika selesai shalat Jum’at, dia pergi dan berdiri di depan pintu masjid seraya berdo’a, “Ya Allah, saya telah memenuhi panggilan-Mu, menunaikan kewajiban-Mu dan bertebaran (untuk mencari karunia-Mu), sebagaimana yang Engkau perintahkan kepadaku, maka limpahkanlah karunia-Mu kepadaku karena Engkau-lah sebaik-baik Pemberi rizki.” Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.( https://anacilacap.blogspot.com/2014/05/perintah-bertebaran-di-muka-bumi.html 10/1/2022, 16;00)
Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat
Dunia merupakan perantara untuk menghantarkan pada kehidupan selanjutnya yaitu akhirat. Kembangkan antara dunia dan akhirat perlu dilakukan. Beribadah seakan-akan engkau akan besok dan Bekerjalah seakan-akan Engkau Hidup lama. Meskipun begitu Ingatlah tujuan utama kita adalah mencari ridho Allah, jadi melakukan sesuatu sebuah atas ketentuan-ketentuan dari Allah. Ikhtiar dan juga bersyukur karena kamu lebih mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Makanan dan minuman yang paling baik adalah dari hasil keringat sendiri
Nabi Muhammad bersabda, “tidak ada makanan yang lebih baik untuk seseorang selain makanan yang diperolehnya dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabi Allah, Daud makan dari hasil keringatnya sendiri” (HR. Bukhari).
Sahabat Rosullah seperti Usman bin Affan yang menjadi Saudagar (pedagang) sampai saat ini masih wakafnya masih di nikmati banyk orang.
Berbisnis dalam Islam ga hanya ditujukan untuk mencari keuntungan material semata, tetapi juga pada kekuatan dan kemantapan iman yang nanti akan jadi modal mereka di akhirat. Prinsip jangan menyerah (never give up) ini, adalah tahapan yang paling dasar dipunyai oleh seorang wiraswasta. Karena sudah dipastikan orang yang terjun ke dunia wirausaha, bakal menemui beraneka tantangan yang enggak pernah didapati sebelumnya. (https://muslimjutawan.com/ayat-ayat-quran-yang-membahas-perdagangan/ 10/1/2022, 15;08)
Sebagaimana diketahui, Utsman bin Affan merupakan sahabat Nabi yang kaya dan sangat dermawan. Seluruh harta yang beliau miliki didedikasikan untuk kepentingan umat Islam. Seperti pada 1400 tahun yang lalu, Utsman bin Affan membeli sumur dari seorang Yahudi, pemilik satu-satunya sumur yang mengalir ketika musim kemarau waktu itu.( https://bincangsyariah.com/khazanah/wakaf-utsman-bin-affan-dari-sumur-jadi-hotel-bintang-lima-di-madinah/ 11/1/2022, 16 15)
Bila Aqidah/ keyakinan sudah hal diatas sudah tettanam dala diri menjadi gerak kehidupan nuscaya pengelolaan usaha akan berjalan dengan lancer dan tidak akan sulit mengembangkan lini-lini usaha dimana pun dan kapan saja. Karena orentasi dan motivasi tentu tidak hanya keuntungan material semata melainkan usaha menjadi sarana ibadah untuk meraih kebahagian Akhirat.
Please follow and like us: