Lailatul Qadar merupakan malam yang istimewa. Istimewa karena terjadi hanya di bulan Ramadhan dan miliki keutaman yang lebih dari seribu bulan. Selain itu, doa yang dipanjatkan saat itu akan dikabulkan. Lalu kapan dapat ditemui Lailatul Qadar tersebut?. Tak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti datangnya malam yang penuh keberkahan tersebut. Pun Rasulullah SAW sendiri.
Namun demikian, terdapat indikasi bahwa Lailatul Qadar dapat ditemukan di sepuluh malam terakhir Bulan Ramadhan. Betulkah hal tersebut?. Mari lihat apa yang dilakukan Rasulullah SAW pada malam-malam menjelang berakhirnya Ramadhan.
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله
“Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah,” (HR Al-Bukhari).
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
“Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari. Lihat Maktabah Syamilah, Sahih Al Bukhari, juz.3, hlm. 46, No. 2017. Lihat pula As Sunan Al Kubra Lil Baihaki, juz.4, hlm.507, No.8531).
Berdasarkan hadis tersebut di atas, mengindikasi terdapat sesuatu yang istimewa dengan dilakukannya ibadah lebih intens oleh Rasulullah SAW. Bahkan beliau mengajak keluarganya untuk fokus melakukan ibadah di sepuluh terakhir Ramadhan. Hal istimewa tersebut diyakini akan datangnya Lailatul Qadar.
Terkait waktu Lailatul Qadar, terdapat beberapa pendapat ulama, di antaranya
Pertama, malam ketujuh belas. Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i yang menyandarkan pada QS Al Anfal:41.
Kedua, malam kedua puluh satu. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW
…فأتاه جبريلُ فقال : إن الذي تطلُبُ أمامَك، قام النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ؟طيبًا، صبيحةَ عِشرينَ من رمضانَ، فقال : مَن كان اعتكَف معَ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم فليَرجِعْ، فإني أُريتُ ليلةَ القدْرِ وإني نُسِّيتُها وإنها في العشرِ الأواخِرِ
Lalu Jibril datang dan berkata, “Sesungguhnya apa yang engkau minta (cari) ada di depanmu”, lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah pada pagi hari yang ke dua puluh di bulan Ramadhan dan bersabda, “Barangsiapa yang i’tikaf bersama Nabi, maka kembalilah (untuk melakukan i’tikaf)! Karena sesungguhnya aku telah diperlihatkan Lailatul Qadr, dan aku sudah lupa…”(HR. Bukhari. Lihat Maktabah Syamilah, Sahih Al Bukhari, juz.1, hlm. 162, No.813. Lihat Musnad Ahmad, juz. 18, hlm.234, No.11704. lihat Sahih Ibnu Hibban, juz.8, hlm.441, No.3685. Lihat As Sunan Al Kubra Lil Baihaki, juz.4, hlm.525, No. 8591).
Ketiga, malam tanggal 24 Ramadhan. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw
ليلة القدر ليلة أربع وعشرين
“Lailatul Qadr malam yang ke dua puluh empat” (HR. Ahmad. Lihat Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, juz.39, hlm.323, No.23890. Lihat pula Musnad Al Bazzar, juz.4, hlm. 211. Lihat Musnad As Syasyi, juz.2, hlm.367, No.971. Lihat Al Mu’jam Al Kabir Lit Thabrani, juz.1, hlm.360, No. 1102).
Keempat, malam 25, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
التمِسوها في العشرِ الأواخرِ من رمضانَ، ليلةَ القدرِ، في تاسِعةٍ تَبقى، في سابِعةٍ تَبقى، في خامِسةٍ تَبقى
“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam yang ke sembilan tersisa, malam yang ke tujuh tersisa, malam yang ke lima tersisa” (HR. Bukhari. Lihat Maktabah Syamilah, Sahih Al Bukhari, juz. 3, hlm.47, No.2021).
Kelima, malam 27. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW
ليلة القدر ليلة سبع وعشرين
“Lailatul Qadr pada malam ke dua puluh tujuh“(HR. Muslim. Lihat Maktabah Syamilah, Sahih Muslim, juz.2, hlm.823, No. 1165. Lihat Sunan Abu Daud, juz.2, hlm.53, No.1386. Lihat Mushanif Abi Syaibah, juz.2, hlm.250, No.8668. Lihat Musnad Ahmad, juz.8, hlm.148, No.4546. Lihat Sahih Ibnu Hibban, juz.8,hlm.436, No.3680. Lihat As Sunan Al Kubra Lin Nasa’i, juz.3, hlm.402, No.3395).
Keenam, malam ke-29. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW
أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ قالَ في ليلةِ القدرِ إنَّها ليلةٌ سابعةٌ أو تاسعةٌ وعشرينَ إنَّ الملائكةَ تلكَ اللَّيلةَ في الأرضِ أكثرُ من عددِ الحصى
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang Lailatul Qadr, “Sesungguhnya malam itu malam yang ke dua puluh tujuh atau ke dua puluh sembilan, sesungguhnya malaikat pada malam itu lebih banyak dari jumlah butiran kerikil”(HR. Abu Daud. Lihat Maktabah Syamilah, Musnad Abu Daud, juz.4, hlm.277, No.2668. Lihat Musnad Ahmad, juz.16, hlm. 427, No.10734).
Terdapat satu hadis yang mengungkapkan waktu Lailatul Qadar malam 21,23, 25, 27, 29 atau malam terakhir Ramadhan.
في رمضانَ فالتمِسوها في العشرِ الأواخرِ فإنَّها في وِترٍ في إحدَى وعشرين أو ثلاثٍ وعشرين أو خمسٍ وعشرين أو سبعٍ وعشرين أو تسعٍ وعشرين أو في آخرِ ليلةٍ فمن قامها ابتغاءَها إيمانًا واحتسابًا ثمَّ وُفِّقتْ له غُفِر له ما تقدَّم من ذنبِه وما تأخَّر
“Di bulan Ramadhan, maka carilah ia pada sepuluh malam terakhir, karena malam itu terjadi pada malam-malam ganjil, pada malam ke dua puluh satu, atau dua puluh tiga, atau dua puluh lima, atau dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan, atau pada akhir malam bulan Ramadhan. Maka barangsiapa menghidupkan malam itu untuk mendapatkannya dengan penuh pengharapan kepada Allah kemudian dia mendapatkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang“(HR. Ahmad. Lihat Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, juz.37, hlm.386, No.22713).
Perbedaan waktu sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis dan atas, tidaklah menjadi persoalan. Bahkan hal tersebut memberikan kesempatan untuk meraih Lailatul Qadar dengan waktu yang cukup panjang yaitu di sepuluh terakhir Ramadhan. Karenanya sudah selayaknya sepuluh terakhir Ramadhan diisi dengan banyak ibadah agar tidak terlewat Lailatul Qadar yang didambakan.
Sejatinya Kontroversi Waktu Munculnya Lailatul Qadar Memberikan Keleluasan Meraihnya
Salam Perindu Literasi
Please follow and like us: