Cikarang—Dalam rangka memperingati hari lahir program studi Hukum Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim Cikarang yang genap berusia 12 tahun,Himpunan Mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HMP HES) Menyelenggarakan acara Santunan Anak Yatim DanTalkshow.Acara ini berlangsung Pada Sabtu (18/12/2021) pukul 10.00-15.00 WIB di Aula Kampus STAI Haji Agus Salim (STAI HAS).
Acara yang dipandu oleh Alin selaku mahasiswa HES yang dihadiri oleh civitas akademika dosen, mahasiswa dan alumni STAI HAS diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an Surat Al-Qadr, dilanjut dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Acara Santunan Anak Yatim dan Talkshow pun dibuka secara resmi oleh Drs.H.Solihinsari M.Si selaku Ketua Yayasan STAI Haji Agus Salim dan dilanjutkan sambutan-sambutan oleh Yusup, S.H.I.,M.Pd selaku Kaprodi HES, Didin Saifudin selaku Ketua Yayasan dan H.A.Kosasih,S.Si.,M.Pd selaku Waka I.
Acara dimulai dengan memberikan santunan kepada anak-anak yatim yang diberikan secara bergantian oleh para ketua STAI HAS. Dilanjut dengan pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi yang dipimpin oleh Dadang Hermawan,M.HI selaku Waka III kepada Wildan Jawadi juara lomba kaligrafi dan Aldi Barokah juara lomba Qiraatul Qutub dalam event ROKET PAI 2021 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Acara tersebut dilanjut dengan pemotongan tumpeng dan pembacaan doa karena telah memasuki waktu istirahat.
Pada pukul 13:45 WIB, acara dilanjutkan dengan Talkshow yang mengangkat tema “Inovasi Bernas dalam Mewujudkan Insan Hukum Ekonomi Syariah yang Cakap Hukum” yang dimoderatori oleh Tiara Lestari selaku mahasiswa HES dan menghadirkan Feri Supriatna,S.H.,S.S.,M.M.,R.S.A selaku alumni HES STA IHAS sebagai narasumber.
Moderator membuka talkshow dengan pertanyaan mengenai jenis muamalah kontemporer.
Feri mengatakan bahwa salah satu jenis muamalah kontemporer yang paling dekat adalah fintech (Financial Technology).
“Membahas salah satunya, satu yang paling dekat dengan kita adalah Financial Technology (fintech). Contohnya seperti uang atau kartu elektronik,” jawabnya.
Moderator melanjutkan pertanyaan, “Seberapa penting umat muslim untuk sadardan adaptif dengan isu muamalah kontemporer?” Tanyanya.
Feri menjawab pertanyaan tersebut dengan menjelaskan krisis keuangan di Indonesia dahulu.
“Pada 1998 di tengah dahsyatnya goncangan krisis Asia, Bank Muamalah masih kokoh dan selamat dari krisis, begitu pula pada krisis tahun 2008. Ketika konsep syariah masih tabu di mata masyarakat, masyarakat harus cepat ambil bagian menjadi pengguna yang bijak,” tuturnya.
Kemudian moderator melanjutkan pertanyaan yang menarik mengenai peluang dan tantangan penggunaan uang elektronik atau fintech syariah di Indonesia dengan fasilitas yang terbatas.
Feri menjelaskan bahwa fintech syariah ini memiliki peluang yang besar.
“Bank Syariah BUMN merger menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4. Peluang masih sangat besar karena industri fintech di Indonesia masih kecil, sehingga perjalanan masih panjang,” ujar Feri.
Ia juga melanjutkan pernyataannya mengenai tantangan penggunaan fintech syariah.
“Tantangannya adalah fintech syariah belum terlalu akrab dikalangan masyarakat dan masih didominasi oleh fintech konvensional,” lanjutnya.
Untuk pertanyaan terakhir, Tiara meminta rekomendasi fintech yang terdaftar di OJK beserta kelebihan dan kekurangannya.
“Surat utang obligasi terbagi menjadi konvensional dan syariah. Dalam konvensional Bernama obligasi, dan dalam syariah bernama sukuk. Sukuk dapat diterbitkan oleh perusahaan dan pemerintah, sukuk pemerintah ini bertujuan untuk mengendalikan uang beredar. Kelebihannya adalah sebagai salah satu distributor surat utang negara,” terangnya.
Terakhir, Tiara memberikan kesimpulan dari acara Talkshow hari ini dan Mengungkapkan harapannya agar mahasiswa lebih semangat lagi untuk menggali ilmu ekonomi.
“Kita berada di era di mana semuanya mengalami perubahan yang serba cepat. Maka kita memiliki dua pilihan, tertinggal atau ikut berubah. Maka dari itu, ayo kita lebih semangat lagi untuk belajar menggali ilmu tentang ekonomi karena uang memang bukan segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang,” tutupnya.
Oleh: Riska Edy Yana Reyhan
Please follow and like us: