Ada yang informasikan Senin 23 Januari 2023 merupakan tanggal 1 Rajab. Mungkin ada perbedaan tentang hari pertama Rajab. Tak masalah, karena hal tersebut begitu adanya.
Terkait Bulan Rajab, terdapat perbedaan tentang hukum berpuasa pada bulan tersebut. Setidaknya muncul dua pendapat tentang hal itu, yaitu: pertama, berpendapat bahwa Puasa Rajab hukumnya sunah. Kedua, pendapat yang menyatakan Puasa Sunah hukumnya bid’ah.
Perbedaan tersebut disebabkan beberapa hal, di antaranya:
Pertama, tidak ada ayat yang langsung menyatakan bahwa Puasa Rajab itu sunah
Kedua, terdapat beberapa hadis tentang keutamaan Puasa Rajab merupakan hadis palsu (maudhu).
Terkait dua pendapat di atas, aku berusaha memberikan komentar sebagai berikut:
Pertama, terhadap pendapat yang menyatakan bahwa Puasa Rajab itu bid’ah, hendaknya mengkaji QS At- Taubah: 36
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Ayat di atas memang tidak menyatakan secara langsung tentang Puasa Rajab, namun Allah menyatakan larangan zalim atau aniaya diri. Hal ini berarti pula berlaku kebalikannya, yaitu perbanyak perbuatan baik. Salah satu perbuatan baik adalah berpuasa. Tentu hal ini (puasa) dilakukan dengan didasarkan pada
نهى عن صيام يومين يوم الفطر ويوم النهر
“Rasul melarang puasa pada dua hari raya, yaitu hari raya idul Fitri dan hari raya idul adha”(HR. Muslim. Lihat Maktabah Syamilah Sahih Muslim, juz.2, hlm.800, No.1138).
Sehingga Puasa Rajab merupakan puasa yang punya dasar yaitu berupa dalil ayat dan hadis.
Kedua, terhadap pendapat yang menyatakan bahwa Puasa Rajab itu sunah, hendaknya didasarkan pada hadis yang bukan hadis palsu. Seperti hadis di bawah ini
افضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم وافضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل
“Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadan itu puasa bulan haram. Dan sebaik-baiknya salat setelah yang wajib itu Salat Tahajud”(HR. Muslim. Lihat Maktabah Syamilah Juz.2, hlm.821, No.1163)
Diperkuat dengan hadis Ibnu Abbas:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ، ويفطر حثى نقول لا يصوم
“Rasulullah SAW berpuasa (terus menerus) hingga kami menduga beliau selalu berpuasa dan beliau tidak puasa (terus menerus) hingga kami menduga beliau tidak berpuasa”. (HR. Ahmad. Lihat maktabah syamilah Musnad Ahmad juz. 3, hlm 453, nomor 1998. Lihat pula di shahih Muslim, juz. 2, hlm 811, nomor 1157).
Jangan gunakan hadis palsu, seperti hadis di bawah ini:
Pertama,
رجب شهر الله, وشعبان شهري, ورمضان شهر أمتى. فمن صام من رجب يومين. فله من الأجر ضعفان, ووزن كل ضعف مثل جبال الدنيا, ثم ذكر أجر من صام أربعة أيام, ومن صام ستة أيام, ثم سبعة أيام ثم ثمانية أيام, ثم هكذا: إلى خمسة عشر يوما منه.
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulan saya (Rasulullah Sahollallahu ‘alaihi wa sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas hari
Kedua,
إن شهر رجب شهر عظيم. من صام منه يوما كتب له صوم ألف سنة
“Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya
Ketiga,
من صام يوما من رجب, عدل صيام شهر
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh dan seterusnya”.
Keempat,
من أحيا ليلة من رجب, وصام يوما. أطعمه الله من ثمار الجنة
“Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya.”
Kelima,
أكثروا من الاستغفار فى شهر رجب. فإن لله فى كل ساعة منه عتقاء من النار, وإن لله لا يدخلها إلا من صام رجب
“Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta’ala membebaskan hambanya
setiap saat di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu.
Keenam,
صَومُ أَوّلِ يَومٍ مِن رَجَبٍ كَفّارَةُ ثَلاثِ سِنِيْنَ ، وَالثّانِي كَفّارةُ سَنَتَيْنِ ،والثّالِثُ كَفّارةُ سَنَة ثُمّ كُلّ يومٍ شهْراً.
“Berpuasa pada hari pertama bulan Rajab sebagai kaffarah (penebus dosa) selama tiga tahun, pada hari kedua sebagai kaffarah selama dua tahun, dan pada hari ketiga sebagai kaffarah selama setahun, kemudian setiap harinya sebagai kaffarah selama sebulan.”
Ketujuh,
مَن صامَ يوماً مِن رَجَبٍ وصَلّى فِيهِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِي أوّلِ رَكْعَةٍ مِائَةَ مَرّةٍ آيةَ الْكُرسِي، وَفِي الرّكْعةِ الثّانِيَةِ قُل هُو الله أحَدٌ مِائَةَ مَرّةٍ لَمْ يَمُتْ حَتّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِن الْجَنّةِ أَوْ يُرَى لَهُ.
“Barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, dan shalat empat rakaat yang pada rakaat pertama membaca ayat kursi sebanyak seratus kali, kemudian pada rakaat kedua membaca ‘qul huwallahu ahad’ seratus kali, maka tidaklah dia meninggal sampai dia melihat tempat duduknya di al-jannah atau diperlihatkan kepadanya.”
Terdapat pula hadis dhaif tentang Puasa Rajab. Hadis dhaif ini masih dapat dijadikan dasar bila terkait keutamaan amal (Fadhailul a’mal). Seperti hadis di bawah ini:
Pertama,
كَانَ النّبِي صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَجَب قال : اللّهُمّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.
“Adalah Nabi ketika memasuki bulan Rajab, beliau berdo’a: اللّهُمّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ (Lihat Maktabah Syamilah, Syu’banul Iman, juz.5, hlm.348, No. 3534)
Kedua,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ نَهْرًا يُقَالُ لَهُ: رَجَبٌ، أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، مَنْ صَامَ مِنْ رَجَبٍ يَوْمًا سَقَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ النَّهْرِ “
“Sesungguhnya di al-jannah (surga) itu ada sebuah sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada madu, barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, Allah ta’ala akan memberi minum kepadanya dari sungai tersebut.” )Hadis Dhaif. Lihat Maktabah Syamilah, Fadhaiul Awqt Lil Baihaki, juz. 1, hlm. 90, No. 8)
Ketiga,
مَن صامَ يوماً مِن رجب كانَ كَصِيامِ سَنةٍ، ومن صام سَبعةَ أيّامٍ غُلِّقَتْ عَنهُ أبوابُ جَهَنّمَ ومَن صامَ ثَمانِيةَ أيّامٍ فُتِحَتْ لَه ثَمَانِيةُ أبوابِ الْجَنّةِ وَمن صامَ عَشْرَةَ أيّامٍ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ شيئاً إلاّ أعطاهُ اللهُ ومَن صامَ خَمسةَ عَشَرَ يوماً نَادى مُنادٍ فِي السّماءِ قَدْ غُفِرَ لَكَ مَا سَلَفَ.
“Barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, maka dia akan mendapatkan pahala seperti berpuasa selama setahun, barangsiapa yang berpuasa selama tujuh hari, pintu-pintu jahanam akan tertutup darinya, barangsiapa yang berpuasa selama delapan hari, maka delapan pintu al-jannah akan terbuka untuknya, barangsiapa yang berpuasa selama sepuluh hari, maka tidaklah dia memohon sesuatu kepada Allah kecuali pasti Allah beri, dan barangsiapa yang berpuasa selama 15 hari, maka ada penyeru dari langit yang akan memanggil dia: sungguh dosa-dosamu yang telah lalu telah terampuni. (Dhaif. Lihat Maktabah Syamilah, Fadlaiulul Awqat Lil Baihaki, juz. 1, hlm. 92, No. 9)
Terkait yang menyatakan Puasa Rajab itu sunah, sebagaimana pendapat Buya Yahya yang dilansir Serambinews.com. Buya Yahya menyatakan Puasa Rajab itu sunah selain mendasarkan pada QS At-Taubah:36, dua hadis shahih dan tiga hadis dhaif, juga memperkuat dengan ungkapan 4 Imam Madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Ulama Madzhab Hanafi menyatakan bahwa puasa yang disunnakahkan itu bermacam-macam :Puasa Muharrom, Puasa Rajab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyura’ (tgl. 10 Muharrom)”. Pernyataan ini dapat dilihat dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 : Yang artinya, “
Ulama Madzhab Maliki menyatakan bahwa , “Disunnahkan puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di bulan Muharrom kemudian Rajab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”. Hal ini dapat ditemukan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil.
Pendapat madzhab Syafi’i sebagaimana disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal. 439 : Yang artinya, “Berkata Ulama’ kami : Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan haram yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharam dan Rajab sedangkan yang paling utama adalah Muharam”.
Demikian Imam Ahmad menyatakan bahwa Puasa Rajab hukumnya sunah, dengan syarat tidak secara penuh satu bulan.
Sejatinya Mendasarkan Amalan pada Dalil Al-Qur’an dan Hadis (Bukan Maudhu/Palsu) Merupakan Keniscayaan
Salam Perindu Literasi
Please follow and like us: