Haram merupakan julukan bagi Masjidil Haram, yang di dalamnya terletak Ka’bah, arah kiblat umat Islam. Pesona Sang Haram tentu tidak diragukan lagi adanya. Hal ini yang kurasakan saat berada di sana. Kucoba ungkapkan beberapa hal tentang pesona Sang Haram, di antaranya:
Pertama, keberadaan ka’ bah di dalam Masjidil Haram memiliki daya tarik yang luar biasa. Tersebab Ka’bah merupakan arah shalat bagi umat Islam. Terdapat beberapa kebaikan ketika melihat ka’ bah, di antaranya mendapatkan 40 rahmat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Setiap sehari semalam Allah menurunkan seratus dua puluh rahmat atas Baitullah. Enam puluh rahmat untuk yang melakukan tawaf, empat puluh untuk yang melakukan shalat, dan yang dua puluh untuk yang memandang Ka‘bah.” (HR. Thabrani).
Kedua, terdapat prosesi tawaf (mengelilingi Ka’bah 7 putaran) sebagai rangkaian pelaksanaan haji atau umrah. Begitu besar pahala tawaf, membuat setiap orang selalu ingin melaksanakan tawaf di setiap waktu shalat.
Ketiga, terdapat tempat-tempat doa mustajab, seperti di Multazam, rukun Yamani, hijir Ismail, di Maqam Ibrahim, di dalam ka’ bah, dan antara Shafa dan Marwah (saat Sa’i).
Keempat, terdapat prosesi sa’i (berjalan bagi perempuan dan berlari pelan pada tempat tertentu untuk laki-laki) antara bukit Shafa dan Marwah 7 kali yang merupakan rangkaian ibadah haji atau umrah sebelum tahallul.
Kelima, terdapat pahala yang begitu besar jika melakukan kebaikan, seperti shalat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
وَ صَلاَةٌ فِيْ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفٍ فِيْمَا سِوَاهُ
Dan melakukan shalat satu kali di Masjidil Haram lebih utama dari pada melakukan shalat seratus ribu kali di tempat lainnya.” (HR. Turmudzi. Maktabah Syamilah, Sunan At Turmudzi, juz.23, h.415, No.15272).
Lima pesona di atas yang membuat para jema’ah haji rela mengurangi tidur, rela menahan lapar dan dahaga, rela melakukan perjalan yang cukup jauh, rela berdesak- desakan, rela berpanas-panasan, rela berpeluh keringat, rela menahan kantuk, rela menahan pegal di kaki, rela kulit tumit mengalami retak-retak (pecah), bahkan rela menahan dingin udara malam demi untuk menyambangi sang haram.
Tak kenal waktu: pagi, siang, sore atau malam pun tak dihiraukan demi dapat mengunjungi sang Haram. Tak peduli terik matahari yang menyengat (suhu di atas 40 derajat), tak peduli keringat bercucuran, tak peduli langkah kaki terseok-seok menahan pegal, tak peduli tubuh kecil yang terkadang terhimpit di tengah warga negara lain yang miliki tubuh lebih besar, tetap saja langkah kaki terayun menuju Sang Haram.
Ada rindu yang selalu menggebu, bila tak menyambanginya. Ada rasa sesal yang menghantui, bila tak dapat mengunjunginya. Ada rasa rugi yang menghampiri, bila tak dapat menemuinya. Ada rasa sedih yang menghentak jiwa, bila tak dapat menjumpainya. Hingga lelah, ngantuk, capek, peluh, tak dihiraukan demi dapat mengunjunginya.
Sejatinya Sang Haram Memiliki Pesona yang Luar Biasa
Salam Perindu Literasi
Please follow and like us: