
CIKARANG UTARA, STAIHAS.AC.ID — Di era industri 4.0 ini, mahasiswa diharapkan lebih banyak belajar, memanfaatkan kesempatan yang ada, mencari dan membangun relasi dengan orang-orang yang produktif serta terus berusaha dengan segala tantangan yang ada.
“Karena untuk mencari sesuatu yang besar, yang bermanfaat, harus banyak membangun relasi dengan banyak orang, dan siap berkorban, siap mengeluarkan air mata, siap di-bully, siap ditonjok. Tapi lama-lama kita akan mempunyai ketahanan mental yang kuat,” kata Presiden Komisaris PT Chevron Pasific Indonesia Abdul Hamid Batubara kepada puluhan mahasiswa yang hadir dalam Talkshow Kewirausahaan yang digelar HMP PAI dengan tema “Membangun Paradigma Mahasiswa Sukses Menjadi Entrepreneur di Era Industri 4.0” di Aula STAI Haji Agus Salim, Sabtu (29/2/2020).
Dalam paparannya tentang industri 4.0, Abdul Hamid menunjukkan kerangka teknologi digital di era industri 4.0, seperti internet of thinks, smart sensor, advanced robotics, big data analytics, 3D printing, augmented reality, cloud computing dan location detection.
Salah contoh kecanggihan industri 4.0 adalah kemampuan interkoneksi dari satu perangkat ke perangkat yang lain. Misalnya, pemantauan kamera CCTV yang bisa dipantau dari smartphone atau peralihan proses suatu pekerjaan dengan tenaga robot, dan lain-lain. “Dan ini berkembangnya sudah luar biasa,” ungkap pria yang juga penyandang gelar Master of Business Administration (MBA) dari Carnegie Mellon University, Amerika, ini.
Dalam paparannya yang lain, Abdul Hamid mengatakan, untuk mencapai kesuksesan, perlu adanya upaya dengan cara mengaktualisasikan kemampuan yang dimiliki. Selain itu, hal tersebut, menurut Abdul Hamid, berpengaruh terhadap kenyamanan saat seorang memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan.

“Nyaman menumpahkan semua keahlian kita. Begitu kita bisa menumpahkan keahlian kita, yang namanya capek, nggak kerasa, yang namanya satu minggu harus ke kantor nggak apa-apa, nggak dibayar juga nggak apa-apa. Tapi ada satu kenikmatan yang jauh dibandingkan dengan materi,” ungkap lulusan Teknik Elektro ITB ini.
Mengutip dari beberapa ahli, Abdul Hamid mengatakan, pengusaha adalah orang-orang yang memiliki ide-ide yang bagus dan mampu berinovasi. Salah satunya adalah usaha rintisan (startup) seperti Gojek dan Grab. “Itu sesuatu yang baru,” katanya.
Intinya, kata Abdul Hamid, bisa memanfaatkan kesempatan dan peluang dengan sebaik-baiknya. “Jadi bagaimana kita bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Karena kesempatan tidak akan datang dua kali,” ungkapnya.
Kaprodi PAI Noor Azida Batubara dalam pengantarnya mengatakan, mahasiswa STAI Haji Agus Salim harus memiliki pola pikir yang berkembang dan maju (growth mindset). “Kita harus mampu beradaptasi dan cepat menerima hal-hal yang baru,” ungkapnya.
“Kita harus multimindset—multithinking. Kita tidak bisa hanya berada di zona aman kita sekarang ini. Kita harus bisa bergerak maju, kita harus bisa memanfaatkan teknologi,” kata Azida.
Sebagai contoh, kata Azida, adalah suri tauladan umat Islam, yaitu Nabi Muhammad saw, yang sukses dalam mensyiarkan ajaran Islam, juga sukses sebagai seorang pengusaha.
“Saya ingin perubahan-perubahan yang ada dalam diri Anda itu perubahan-perubahan yang mendekatkan diri Anda—minimal kalaupun tidak sama—mendekati sama dengan Rasulullah saw,” tegas Azida.